Ikatan dalam rumus kimia
Bentuk
atom-atom dan molekul-molekul yang 3 dimensi sangatlah menyulitkan dalam
menggunakan teknik tunggal yang mengindikasikan orbital-orbital dan
ikatan-ikatan. Pada rumus molekul,
ikatan kimia (orbital yang berikatan) diindikasikan menggunakan beberapa metode
yang bebeda tergantung pada tipe diskusi. Kadang-kadang kesemuaannya
dihiraukan. Sebagai contoh, pada kimia organik,
kimiawan biasanya hanya peduli pada gugus fungsi
molekul. Oleh karena itu, rumus molekul etanol dapat ditulis secara konformasi, 3-dimensi,
2-dimensi penuh (tanpa indikasi arah ikatan 3-dimensi), 2-dimensi yang
disingkat (CH3–CH2–OH), memisahkan gugus fungsi dari
bagian molekul lainnnya (C2H5OH), atau hanya dengan
konstituen atomnya saja (C2H6O). Kadangkala, bahkan
kelopak valensi elektron non-ikatan (dengan pendekatan arah yang digambarkan
secara 2-dimensi) juga ditandai. Beberapa kimiawan juga menandai
orbital-orbital atom, sebagai contoh anion etena−4 yang
dihipotesiskan (\/C=C/\ −4)
mengindikasikan kemungkinan pembentukan ikatan.
Ikatan kuat kimia
Panjang ikat dalam pm
dan energi ikat dalam kJ/mol. Panjang ikat dapat dikonversikan menjadi Å dengan pembagian dengan 100 (1 Å = 100 pm). Data diambil dari [1]. |
||
Ikatan
|
Panjang
(pm) |
Energi
(kJ/mol) |
H — Hidrogen
|
||
H–H
|
74
|
436
|
H–C
|
109
|
413
|
H–N
|
101
|
391
|
H–O
|
96
|
366
|
H–F
|
92
|
568
|
H–Cl
|
127
|
432
|
H–Br
|
141
|
366
|
C — Karbon
|
||
C–H
|
109
|
413
|
C–C
|
154
|
348
|
C=C
|
134
|
614
|
C≡C
|
120
|
839
|
C–N
|
147
|
308
|
C–O
|
143
|
360
|
C–F
|
135
|
488
|
C–Cl
|
177
|
330
|
C–Br
|
194
|
288
|
C–I
|
214
|
216
|
C–S
|
182
|
272
|
N — Nitrogen
|
||
N–H
|
101
|
391
|
N–C
|
147
|
308
|
N–N
|
145
|
170
|
N≡N
|
110
|
945
|
O — Oksigen
|
||
O–H
|
96
|
366
|
O–C
|
143
|
360
|
O–O
|
148
|
145
|
O=O
|
121
|
498
|
F, Cl, Br, I — Halogen
|
||
F–H
|
92
|
568
|
F–F
|
142
|
158
|
F–C
|
135
|
488
|
Cl–H
|
127
|
432
|
Cl–C
|
177
|
330
|
Cl–Cl
|
199
|
243
|
Br–H
|
141
|
366
|
Br–C
|
194
|
288
|
Br–Br
|
228
|
193
|
I–H
|
161
|
298
|
I–C
|
214
|
216
|
I–I
|
267
|
151
|
S — Belerang
|
||
C–S
|
182
|
272
|
Ikatan-ikatan
berikut adalah ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom bersama
menjadi molekul.
Dalam pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah elektron yang
berpartisipasi dalam suatu ikatan biasanya merupakan perkalian dari dua, empat,
atau enam. Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan
memiliki keadaan energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan
yang lebih canggih menunjukkan bahwa kekuatan ikatan tidaklah
selalu berupa angka bulat dan tergantung pada distribusi elektron pada setiap
atom yang terlibat dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya, karbon-karbon dalam
senyawa benzena
dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua atom dalam nitrogen monoksida NO dihubungkan oleh
ikatan 2,5. Keberadaan ikatan rangkap empat juga
diketahui dengan baik. Jenis-jenis ikatan kuat bergantung pada perbedaan elektronegativitas dan distribusi orbital
elektron yang tertarik pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan. Semakin
besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin besar elektron-elektron tersebut
tertarik pada atom yang berikat dan semakin bersifat ion pula ikatan tersebut.
Semakin kecil perbedaan elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen ikatan
tersebut.
Ikatan kovalen
Ikatan
kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan yang perbedaan
elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat sangatlah
kecil atau hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa
organik dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen. Lihat pula ikatan sigma
dan ikatan pi
untuk penjelasan LCAO terhadap jenis ikatan ini.
Ikatan polar kovalen
Ikatan
polar kovalen merupakan ikatan yang sifat-sifatnya berada di antara ikatan
kovalen dan ikatan ion.
Ikatan ion
Ikatan ion
merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang memiliki
perbedaan elektronegativitas yang besar. Tidaklah terdapat nilai-nilai yang
pasti yang membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen, namun perbedaan
elektronegativitas yang lebih besar dari 2,0 bisanya disebut ikatan ion,
sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5 biasanya disebut ikatan kovalen.[3]
Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang berpisah.
Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai dengan +3e.
Ikatan kovalen koordinat
Ikatan
kovalen koordinat, kadangkala disebut sebagai ikatan datif, adalah sejenis
ikatan kovalen yang keseluruhan elektron-elektron ikatannya hanya berasal dari
salah satu atom, penderma pasangan elektron, ataupun basa Lewis. Konsep ini
mulai ditinggalkan oleh para kimiawan seiring dengan berkembangnya teori
orbital molekul. Contoh ikatan kovalen koordinat terjadi pada nitron dan ammonia borana. Susunan
ikatan ini berbeda dengan ikatan ion pada perbedaan elektronegativitasnya yang
kecil, sehingga menghasilkan ikatan yang kovalen. Ikatan ini biasanya ditandai
dengan tanda panah. Ujung panah ini menunjuk pada akseptor elektron atau asam
Lewis dan ekor panah menunjuk pada penderma elektron atau basa Lewis
Ikatan pisang
Ikatan
pisang adalah sejenis ikatan yang terdapat pada molekul-molekul yang mengalami
terikan ataupun yang mendapat rintangan sterik, sehingga
orbital-orbital ikatan tersebut dipaksa membentuk struktur ikatan yang mirip
dengan pisang. Ikatan pisang biasanya lebih rentan mengalami reaksi daripada
ikatan-ikatan normal lainnya.
Ikatan 3c-2e dan 3c-4e
Dalam ikatan tiga-pusat dua-elektron,
tiga atom saling berbagi dua elektron. Ikatan sejenis ini terjadi pada senyawa
yang kekurangan elektron seperti pada diborana. Setiap ikatan
mengandung sepasang elektron yang menghubungkan atom boron satu sama lainnya
dalam bentuk pisang dengan sebuah proton (inti atom hidrogen) di tengah-tengah
ikatan, dan berbagi elektron dengan kedua atom boron. Terdapat pula Ikatan tiga-pusat empat-elektron
yang menjelaskan ikatan pada molekul hipervalen.
Ikatan tiga elektron dan satu elektron
Ikatan-ikatan
dengan satu atau tiga elektron dapat ditemukan pada spesi radikal yang memiliki
jumlah elektron gasal (ganjil). Contoh paling sederhana dari ikatan satu
elektron dapat ditemukan pada kation molekul hidrogen H2+.
Ikatan satu elektron seringkali memiliki energi ikat yang setengah kali dari
ikatan dua elektron, sehingga ikatan ini disebut pula "ikatan
setengah". Namun terdapat pengecualian pada kasus dilitium. Ikatan dilitium satu elektron, Li2+,
lebih kuat dari ikatan dilitium dua elektron Li2. Pengecualian ini
dapat dijelaskan dengan hibridisasi dan efek kelopak dalam. [4]
Contoh
sederhana dari ikatan tiga elektron dapat ditemukan pada kation dimer helium,
He2+, dan dapat pula dianggap sebagai "ikatan
setengah" karena menurut teori orbital molekul, elektron ke-tiganya
merupakan orbital antiikat yang melemahkan ikatan dua elektron lainnya sebesar
setengah. Molekul oksigen juga dapat dianggap memiliki dua ikatan tiga elektron
dan satu ikatan dua elektron yang menjelaskan sifat paramagnetiknya.[5]
Molekul-molekul
dengan ikatan elektron gasal biasanya sangat reaktif. Ikatan jenis ini biasanya
hanya stabil pada atom-atom yang memiliki elektronegativitas yang sama.[5]
Ikatan aromatik
Pada
kebanyakan kasus, lokasi elektron tidak dapat ditandai dengan menggunakan garis
(menandai dua elektron) ataupun titik (menandai elektron tungga). Ikatan aromatik yang terjadi pada
molekul yang berbentuk cincin datar menunjukkan stabilitas yang lebih.
Pada
benzena, 18 elektron ikatan mengikat 6 atom karbon bersama membentuk struktur
cincin datar. "Orde" ikatan antara dua atom dapat dikatakan sebagai
(18/6)/2=1,5 dan seluruh ikatan pada benzena tersebut adalah identik. Ikatan-ikatan
ini dapat pula ditulis sebagai ikatan tunggal dan rangkap yang berselingan,
namun hal ini kuranglah tepat mengingat ikatan rangkap dan ikatan tunggal
memiliki kekuatan ikatan yang berbeda dan tidak identik.
Ikatan logam
Pada
ikatan logam, elektron-elektron ikatan terdelokalisasi pada kekisi (lattice)
atom. Berbeda dengan senyawa organik, lokasi elektron yang berikat dan
muatannya adalah statik. Oleh karena delokalisai yang menyebabkan
elektron-elektron dapat bergerak bebas, senyawa ini memiliki sifat-sifat mirip
logam dalam hal konduktivitas, duktilitas, dan kekerasan.
Ikatan antarmolekul
Terdapat
empat jenis dasar ikatan yang dapat terbentuk antara dua atau lebih molekul,
ion, ataupun atom. Gaya antarmolekul menyebabkan molekul
saling menarik atau menolak satu sama lainnya. Seringkali hal ini menentukan
sifat-sifat fisik sebuah zat (seperti pada titik leleh).
Dipol permanen ke dipol permanen
Perbedaan elektronegativitas yang bersar antara dua atom
yang berikatan dengan kuat menyebabkan terbentuknya dipol (dwikutub). Dipol-dipol
ini akan saling tarik-menarik ataupun tolak-menolak.
Ikatan hidrogen
Ikatan
hidrogen bisa dikatakan sebagai dipol permanen yang sangat kuat seperti yang
dijelaskan di atas. Namun, pada ikatan hidrogen, proton hidrogen berada sangat
dekat dengan atom penderma elektron dan mirip dengan ikatan tiga-pusat dua-elektron
seperti pada diborana. Ikatan hidrogen menjelaskan titik didih zat cair yang
relatif tinggi seperti air, ammonia, dan hidrogen fluorida jika dibandingkan
dengan senyawa-senyawa yang lebih berat lainnya pada kolom tabel
periodik yang sama.
Dipol seketika ke dipol terimbas (van der Waals)
Dipol seketika ke dipol terimbas, atau
gaya van der Waals, adalah ikatan yang paling lemah, namun sering dijumpai di
antara semua zat-zat kimia. Misalnya atom helium, pada
satu titik waktu, awan elektronnya akan terlihat tidak seimbang
dengan salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Hal ini disebut
sebagai dipol seketika (dwikutub seketika). Dipol ini dapat menarik maupun
menolak elektron-elektron helium lainnya, dan menyebabkan dipol lainnya. Kedua
atom akan seketika saling menarik sebelum muatannya diseimbangkan kembali untuk
kemudian berpisah.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Interaksi kation-pi
Interaksi
kation-pi terjadi di antara muatan negatif yang terlokalisasi dari
elektron-elektron pada orbital π dengan muatan positif.
Elektron pada ikatan kimia
Banyak
senyawa-senyawa sederhana yang melibatkan ikatan-ikatan kovalen.
Molekul-molekul ini memiliki struktur yang dapat diprediksi dengan menggunakan teori ikatan valensi,
dan sifat-sfiat atom yang terlibat dapat dipahami menggunakan konsep bilangan oksidasi. Senyawa lain yang
mempunyai struktur ion dapat dipahami dengan menggunakan teori-teori fisika klasik.
Pada kasus
ikatan ion,
elektron pada umumnya terlokalisasi pada atom tertentu, dan elektron-elektron
todal bergerak bebas di antara atom-atom. Setiap atom ditandai dengan muatan
listrik keseluruhan untuk membantu pemahaman kita atas konsep distribusi
orbital molekul. Gaya antara atom-atom secara garis besar dikarakterisasikan
dengan potensial elektrostatik kontinum (malaran) isotropik.
Sebaliknya
pada ikatan kovalen, rapatan elektron pada sebuah
ikatan tidak ditandai pada atom individual, namun terdelokalisasikan pada MO di
antara atom-atom. Teori kombinasi linear
orbital yang diterima secara umum membantu menjelaskan struktur
orbital dan energi-energinya berdasarkan orbtial-orbital dari atom-atom
molekul. Tidak seperti ikatan ion, ikatan kovalen bisa memiliki sifat-sifat anisotropik, dan
masing-masing memiliki nama-nama tersendiri seperti ikatan sigma
dan ikatan pi.
Atom-atom
juga dapat membentuk ikatan-ikatan yang memiliki sifat-sifat antara ikatan ion
dan kovalen. Hal ini bisa terjadi karena definisi didasari pada delokalisasi
elektron. Elektron-elektron dapat secara parsial terdelokalisasi di antara
atom-atom. Ikatan sejenis ini biasanya disebut sebagai ikatan polar kovalen.
Lihat pula elektronegativitas.
Oleh
akrena itu, elektron-elektron pada orbital molekul dapat
dikatakan menjadi terlokalisasi pada atom-atom tertentu atau terdelokalisasi di
antara dua atau lebih atom. Jenis ikatan antara dua tom ditentukan dari
seberapa besara rapatan elektron tersebut
terlokalisasi ataupun terdelokalisasi pada ikatan antar atom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar