ELEKTROLISIS
Perkembangan elektrolisis diawali dengan permulaan listrik kima yang pada awalnya dicetuskan oleh Galvani. Ia adalah tokoh pertama yang secara tidak sengaja menemukan hubungan listrik dengan ilmu kimia. Suatu ketika, ia membedah katak yang telah mati yang tergeletak di atas meja di dekat mesin listrik. Secara kebetulan ia melihat bahwa kaki katak tersebut bergerak pada waktu ia menyentuhnya dengan pisau. Ia lalu melakukan penelitian lebih mendalam mengenai masalah ini, dan menyimpulkan bahwa gerakan itu disebabkan oleh adanya listrik yang mengalir dan ia menamakannya “listrik Hewan” yang dianggap bersumber dari tubuh binatang.
Tokoh selanjutnya adalah Allesandro Volta. Volta menolak pendapat Galvani mengenai listrik hewan dan ia mencari sebab-sebab adanya listrik pada waktu terjadi kontak antara dua buah logam. Ia meletakkan dua buah logam satu sama lain, Kemudian dipisahkan lagi dan diperiksa dengan aletrometer. Ternyata yang satu menunjukkan adanya listrik positif dan lainnya negatif. Dengan cara ini, ia menyusun deret-deret logam menurut urutan sedemikian rupa sehingga tiap logam dalam deret ini lebih positif dari logam di belakangnya, tetapi kurang positif dari logam dimukanya. Deret inilah yang kemudian dikenal sebagai “deret Volta ”.
Setelah Volta, terdapat tokoh-tokoh lain yang berperan dalam perkembangan listrik kimia, diantaranya J.W Ritter, Humphry Davy, Berzelius, dan M. Faraday. Namu, diantara tokoh tersebut, yang paling berperan dalam perkembangan elektrolisis adalah M. Fraday. Menurutnya, hampir semua kutub diganti dengan elektroda. Setiap zat yang diuraikan oleh listrik dinamakan elektrolit, sedangkan proses penguraiannya disebut elektrolisis. Elektroda positif disebut anoda dan elktroda negatif disebut katoda. Bagian komponen garam-garam disebut ion. Ia juga orang pertama yang meneliti hubungan kuantitatif pada elektrolisis. Pada tahun 1832, Faraday membuktikan bahwa pada elektrolisis jumlah zat yang diuraikan sebanding dengan kuat arus dan lamanya proses atau sebanding dengan kuantitas listrik yang dikenakan pada zat itu. Pada tahun 1833, ia juga membuktikan bahwa berat zat yang diendapkan oleh arus yang sama sebanding denga bobot ekuivalensinya.
Dari perkembangan elektrolisis, kita telah mengetahui bahwa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik. Hantaran listrik melalui larutan disertai suatu reaksi disebut elekrolisis. Reaksi elektrolisis tergolong reaksi redoks tidak spontan. Reaksi itu dapat berlangsung karena pengaruh energi listrik. Jadi, pada elektrolisis terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia.
Elektron (listrik) memasuki larutan melaui kutub negatif (katode). Spesi tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi. Smentara itu, spesi lain melepas elektron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi, sama seperti sel volta , reaksi di katode adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi. Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta , katode bermutan positif, sedangkan anode bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis katode bermuatan negatif, sedangkan anode bermuatan positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar