Selamat Datang

Semoga blog ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk kita semua.

Jumat, 30 September 2011

Bruno Mars: The Lazy Song Lyrics

Songwriters: Keinan Warsame;Bruno Mars;Ari Levine;Philip Lawrence Ii Today I don't feel like doing anything I just wanna lay in my bed Don't feel like picking up my phone So leave a message at the tone 'Cause today I swear I'm not doing anyhing I'm gonna kick my feet up Then stare at the fan Turn the TV on, throw my hand down my pants Nobody's gonna tell me I can't I'll be lying on the couch, just chillin' in my snuggie Click to MTV, so they can teach me how to dougie 'Cause in my castle I'm the freaking man Oh Oh Yes I said it I said it I said it 'cause I can Today I don’t feel like doing anything I just wanna lay in my bed Don’t feel like picking up my phone So leave a message at the tone 'Cause today I swear I'm not doing anything Nothing at all Tomorrow I'll wake up do some P90X Meet a really nice girl, have some really nice sex She's gonna scream out: 'This is Great' [Hear me out: this is great] Yeah I might mess around, get my college degree I bet my old man will be so proud of me But sorry paps, you'll just have to wait Oh Oh Yes I said it I said it I said it 'cause I can Today I don’t feel like doing anything I just wanna lay in my bed Don’t feel like picking up my phone So leave a message at the tone 'Cause today I swear I'm not doing anything No I ain't gonna comb my hair 'Cause I ain't going anywhere No no no no no no no no no-oh I'll just strike in my birthday suite And let everything hang loose Yeah yeah yeah yeah yeah yeah yeah yeah yeah-eah Oh Today I don’t feel like doing anything I just wanna lay in my bed Don’t feel like picking up my phone So leave a message at the tone 'Cause today I swear I'm not doing anything Nothing at all Nothing at all Nothing at all

Pembelajaran Diskoveri

A. Pengertian Pembelajaran Diskoveri Pembelajaran Diskoveri atau Inquiri adalah pelajaran yang menfasilitasi para peserta didik untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri. Di sini guru berupaya memotivasi mereka untuk memiliki pengalaman dengan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan sendiri jawaban tersebut. Tentang ini Bruner (1966) mengatakan: “kita mengajarkan satu bidangstudi tidak untuk menghasilkan berbagai perpustakaan kecil nan hidup tentang bidangstudi tersebut, tetapi lebih untuk menjadikan peserta didik itu mampu berpikir… bagi dirinya sendiri agar dapat memper-timbangkan layaknya seorang sejarawan, menjadi bagian dari proses membangun pengetahuan. Mengetahui itu proses, bukan produk” Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut. Model Pembelajaran ini digunakan biasanya untuk mencapai tiga tujuan pendidikan, yaitu: 1. Agar pelajar mengerti bagaimana berpikir dan menemukan jawaban untuk dirinya sendiri; 2. agar pelajar mengetahui bagaimana pengetahuan itu diformulasikan; dan 3. agar pelajar terbiasa menggunakan berbagai keterampilan berpikir tingkat tertinggi (highest-order thinking skills) mereka. Tujuan-tujuan di atas dapat dicapai dengan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran ini: 1. peran pembelajar bukan sebagai pentransfer pengetahuan, tetapi sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan; 2. pembelajar menghargai eksplorasi dan pemikiran independen; 3. kesediaan para peserta didik menerima tantangan untuk menemukan jawaban sendiri. Ada perasaan diberdayakan; 4. tingginya partisipasi dan interaksi peserta didik; dan 5. para pelajar mengoperasikan keterampilan berpikir tingkat tertinggi, seperti menganalisis, mesintesis, dan mengevaluasi. Agar berbagai tujuan di atas dapat dicapai, maka pembelajaran ini menuntut pendidik sebagai fasilitator yang baik. Untuk itu dibutuhkan beberapa kualitas tertentu, seperti kenikmatan menemukan sendiri. Di sini pembelajar mesti memiliki rasa keingintahuan yang alamiah dan ketertarikan yang kuat terhadap penemuan kebenaran melalui pendekatan “intelektual” yang empiris, kritis, dan rasional. Terkait dengan itu, pembelajar mesti yakin bahwa peserta didiknya juga bisa memiliki rasa ingin tahu. Lebih dari itu, pembelajar mesti mampu mengasuh, padatpikiran, sabar, menerima berbagai gagasan peserta didik, dan reflektif. Metode Pembelajaran diskoveri sebaiknya dimanfaatkan jika tujuan utama instruksionalnya seperti berikut ini: 1. agar peserta didik berpikir sendiri; 2. membantu mereka menyingkap bagaimana pengetahuan dibangun; 3. meningkatkan keteramilan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, pembelajaran ini sebaiknya digunakan jika dirasa bisa memenuhi kebutuhan personal dan edukasional pembelajar-pelajar; juga bila pembelajar telah mampu mengembangkan kualitas dirinya sebagai seorang fasilitator yang baik. B. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Diskoveri Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. 2. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan. 3. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. 4. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. 5. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. 6. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. 7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diiingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur. 8.Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. 9. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa. 10. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya. C. Keunggulan Keunggulan dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: 1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. 2. Menumbuhkan sekaligus menamkan sikap inquiry (mencari-temukan). 3. Mendukung kemampuan problem solving siswa 4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya (Marzano, dalam Widdiharto: 2004). D. Kekurangan Pembelajaran Diskoveri Ada beberapa kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini. Yang paling utama adalah bahwa seringkali tidak semua peserta didik bisa menerima kelas diskoveri. Mereka kebanyakan tidak bisa diharapkan untuk menemukan elemen-elemen kimia misalnya, atau menemukan pokok-pokok pikiran penulis populer. Hal ini bisa jadi karena domain pengetahuan yang mereka cari masih terlalu komplek buat pikiran sederhana mereka. Dan terkadang, ketika kemampun mereka memadai, waktu dan sumbernya yang tidak mendukung untuk kerja investigasi. Kekurangan kedua ialah seringkali pembelajar tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk memprktikkan pendekatan ini, demikian pula peserta didiknya. Dan yang terakhir, pembelajaran diskoveri tidak menutup kemungkinan peserta didik terjatuh dalam kesalahan dan pemborosan waktu. Karenanya, pembelajaran diskoveri-terbimbing (guided discovery learning) lebih dianjurkan daripada diskoveri-murni (pure discovery learning). Pada diskoveri-terbimbing pembelajar dapat berperan lebih aktif: memberi petunjuk, membuat struktur (porsi) aktivitas, hingga menyediakan garis besar (outlines) pikiran.

Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT) Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunkan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK). Apa dan bagaimana NHT itu? Bagaimana menerapkannya dan apa saja keunggulannya, baca terus artikel berikut. Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah dalam menerapkan NHT?, Sintaks NHT dijelaskan sebagai berikut: a. Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. b. Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. c. Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d. Pemberian Jawaban Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Dengan melihat sintaksnya saja, Anda pasti dapat mengira-ngira apa saja kelebihan dari model ini,sebagaimana dijelaskan oleh Hill (!993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Selain itu, NHT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, sehingga di dalamnya juga dapat ditemukan kelebihan-kelebihan tentang pembelajaran kooperatif.

Pembuatan Logam Alkali Tanah

Pembuatan alkali tanah Ekstraksi adalah pemisahan suatu unsur dari suatu senyawa. Logam alkali tanah dapat di ekstraksi dari senyawanya. Untuk mengekstraksinya kita dapat menggunakan dua cara, yaitu metode reduksi dan metode elektrolisis. 1. Magnesium diperoleh dengan proses Down. Langkahnya pertama mengendapkan sebagai Mg(OH)2 kemudian diubah menjadi MgCl2 dan dikristalkan sebagai MgCl2.6H2O. Leburan kristal dielektrolisis. 2. Dengan elektrolisis leburan garamnya. Contoh: CaCl2(l)  Ca2+ (l) + 2Cl- (l) Katoda : Ca2+ (l) + 2 e-  Ca (s) Anoda : 2Cl2 (g) + 2 e- --------------------------------------------------- Ca2+ (l) + 2Cl- (l)  Ca (s) + Cl2 (l) 1. Isolasi berilium Berilium sangat bermanfaat untuk menunjang kehidupan manusia. Namun, keberadaan berilium dialam tidak dapat ditemukan dalam bentuk murninya. Berilium tersebut ditemukan dialam dalam bentuk bersenyawa sehingga untuk mendapatkannya perlu dilakukan isolasi. Isolasi berilium dapat dilakukan dengan 2 metode (Indri M.N. 2009): 1. Metode reduksi BeF2 2. Metode elektrolisis BeCl2 Metode Reduksi Pada metode ini diperlukan berilium dalam bentuk BeF2 yang dapat diperoleh dengan cara memanaskan beryl dengan Na2SiF6 pada suhu 700-750oC. Setelah itu dilakukan leaching (ekstraksi cair-padat) terhadap flour dengan air kemudian dilakukan presipitasi (pengendapan) dengan Ba(OH)2 pada PH 12 (Greenwood N.N and Earnshaw A , 1997). Reaksi yang terjadi adalah (Indri M.N. 2009): BeF¬2 + Mg MgF2 + Be Metode Elektrolisis Untuk mendapatkan berilium juga dapat dilakukan dengan cara elektrolisis dari lelehan BeCl2 yang telah ditambah NaCl. Karena BeCl2 tidak dapat mengahantarkan listrik dengan baik, sehingga ditambahkan NaCl. BeCl2 tidak dapat menghantarkan listrik karena BeCl2 bukan merupakan larutan elektrolit. Reaksi yang terjadi adalah (Indri M.N. 2009): Katoda : Be2+ + 2e- Be Anode : 2Cl- Cl2 + 2e- 1. Ekstraksi Berilium (Be) • Metode reduksi Untuk mendapatkan Berilium, bisa didapatkan dengan mereduksi BeF2. Sebelum mendapatkan BeF2, kita harus memanaskan beril [Be3Al2(SiO6)3] dengan Na2SiF¬6 hingga 700 0C. Karena beril adalah sumber utama berilium BeF¬2 + Mg à MgF2 + Be • Metode Elektrolisis Untuk mendapatkan berilium juga kita dapat mengekstraksi dari lelehan BeCl2 yang telah ditambah NaCl. Karena BeCl¬2 tidak dapat mengahantarkan listrik dengan baik, sehingga ditambahkan NaCl. Reaksi yang terjadi adalah Katoda : Be2+ + 2e- à Be Anode : 2Cl- à Cl2 + 2e- 2. Ekstraksi Magnesium (Mg) • Metode Reduksi Untuk mendapatkan magnesium kita dapat mengekstraksinya dari dolomit [MgCa(CO3)2] karena dolomite merupakan salah satu sumber yang dapat menhasilkan magnesium. Dolomite dipanaskan sehingga terbentuk MgO.CaO. lalu MgO.CaO. dipanaskan dengan FeSi sehingga menhasilkan Mg. 2[ MgO.CaO] + FeSi à 2Mg + Ca2SiO4 + Fe • Metode Elektrolisis Selain dengan ekstraksi dolomite magnesium juga bisa didapatkan dengan mereaksikan air alut dengan CaO. Reaksi yang terjadi : CaO + H2O à Ca2+ + 2OH- Mg2+ + 2OH- à Mg(OH)2 Selanjutnya Mg(OH)2 direaksikan dengan HCl Untuk membentuk MgCl2 Mg(OH)2 + 2HCl à MgCl2 + 2H2O Setelah mendapatkan lelehan MgCl2 kita dapat mengelektrolisisnya untuk mendapatkan magnesium Katode : Mg2+ + 2e- à Mg Anode : 2Cl- à Cl2 + 2e- 3. Ekstraksi Kalsium (Ca) 1. Metode Elektrolisis Batu kapur (CaCO3) adalah sumber utama untuk mendapatkan kalsium (Ca). Untuk mendapatkan kalsium, kita dapat mereaksikan CaCO3 dengan HCl agar terbentuk senyawa CaCl2. Reaksi yang terjadi : CaCO3 + 2HCl à CaCl2 + H2O + CO2 Setelah mendapatkan CaCl2, kita dapat mengelektrolisisnya agar mendapatkan kalsium (Ca). Reaksi yang terjadi : Katoda ; Ca2+ + 2e- à Ca Anoda ; 2Cl- à Cl2 + 2e- 1. Metode Reduksi Logam kalsium (Ca) juga dapat dihasilkan dengan mereduksi CaO oleh Al atau dengan mereduksi CaCl2¬ oleh Na. Reduksi CaO oleh Al 6CaO + 2Al à 3 Ca + Ca3Al2O6 Reduksi CaCl2 oleh Na CaCl2 + 2 Na à Ca + 2NaCl 4. Ekstraksi Strontium (Sr) 1. Metode Elektrolisis Untuk mendapatkan Strontium (Sr), Kita bisa mendapatkannya dengan elektrolisis lelehan SrCl2¬. Lelehan SrCl2 bisa didapatkan dari senyawa selesit [SrSO4]. Karena Senyawa selesit merupakan sumber utama Strontium (Sr). Reaksi yang terjadi ; katode ; Sr2+ +2e- à Sr anoda ; 2Cl- à Cl2 + 2e- 5. Ekstraksi Barium (Ba) 1. Metode Elektrolisis Barit (BaSO4) adalah sumber utama untuk memperoleh Barium (Ba). Setelah diproses menjadi BaCl2 barium bisa diperoleh dari elektrolisis lelehan BaCl2. Reaksi yang terjadi : katode ; Ba2+ +2e- à Ba anoda ; 2Cl- à Cl2 + 2e- 1. Metode Reduksi Selain dengan elektrolisis, barium bisa kita peroleh dengan mereduksi BaO oleh Al. Reaksi yang terjadi : 6BaO + 2Al à 3Ba + Ba3Al2O6.